Judul Buku : Pendidikan Agama Islam Integrasi
Nilai-Nilai Aqidah,
Syariah, dan Akhlak
Penulis : Enang Hidayat, M.Ag.
Penerbit : Remaja Rosdakarya, Bandung
Cetakan : I, Januari 2019
Tebal :
210 Halaman
Harga :
Rp 48,000 /-
ISBN :
978-602-446-305-2
Peresensi : Ahmad Fatoni, Pengajar Pendidkan
Bahasa Arab Fakultas
Agama Islam UMM
PENDIDIKAN Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata kuliah yang
diberikan kepada mahasiswa di perguruan tinggi yang sarat dengan nilai-nilai (aqidah,
syariah, dan akhlak). Akidah
merupakan ruh bagi PAI sebab ia terkait dengan masalah ketuhanan. Syariah dalam
arti luas ialah peraturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia,
baik di dunia maupun di akhirat. Sementara
akhlak adalah buah dari pengamalan kedua ajaran sebelumnya.
Ketiga ajaran tersebut saling berkaitan
satu dengan lainnya dan merupakan bagian integral dalam pendidikan Islam (hal.iii-iv). Jika
manusia abai terhadap nilai-nilai aqidah, syariah, dan akhlak, niscaya akan
mengalami kerugian dan kehinaaan. Kalau pun tidak di dunia, akhirat pasti
menantinya. Selain menjadi inti dan primadona bagi PAI, senyatanya ketiga nilai
itu juga mendasari pendidikan-pendidikan
lain.
Di sisi lain, PAI di perguruan tinggi secara umum masih berada di “pinggiran”, walau secara ideal mata kuliah PAI mestinya berperan di “pusat”. Kesan marjinalisasi mata kuliah PAI
dikukuhkan oleh sebagian pimpinan perguruan tinggi yang menganggap mata kuliah keagamaan
sebagai mata kuliah pelengkap.
Nasib mata kuliah keagamaan tidak hanya sampai di situ, akibat
rasio jumlah mahasiswa PAI yang tidak ideal
dan proporsional, mahasiswa tidak dapat diperhatikan lagi. Petakanya lagi, mata kuliah keagamaan terkadang digeser ke semester pendek yang hanya dilakukan beberapa pertemuan saja. Lebih parah lagi, ada beberapa perguruan tinggi yang
justru menghilangkan perkuliahan agama.
Kesan
sebagian pihak selama ini,
materi mata kuliah keagamaan yang ada terasa belum mampu berperan sebagai urat nadi pengembangan iptek dan pedoman
perilaku keseharian, baik dalam kerja sebagai ilmuwan maupun dalam pergaulan
sosial. Termasuk
orientasi mata kuliah PAI di beberapa
perguruan tinggi tampak
jauh dari idealisme pendidikan agama yang dapat membentuk peserta didik yang
salih.
Belum lagi
ditinjau dari segi
metodologi, metode pembelajaran PAI masih menggunakan cara-cara
tradisional, normatif ahistoris, dan akontekstual. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa banyak tenaga pengajar yang kurang mampu melakukan
elaborasi, inovasi, dan kreasi materi yang sebenarnya dapat didialogkan dengan
konteks sosial budaya.
Pendekatan doktriner dan metode
ceramah cukup dominan dalam proses pembelajaran PAI. Doktrin keagamaan diterima sebatas sesuatu yang harus diimani,
diterima tanpa kritik, dan merupakan barang jadi yang siap pakai. Wilayah keislaman terkesan
begitu sempit, seputar rukun iman dan rukun Islam ditambah dengan seperangkat
aturan tata krama dalam pergaulan sehari-hari.
Padahal mata PAI termasuk pada kelompok pengembangan kepribadian yang semestinya menjadi barometer dalam membangun karakter dan moral bangsa. Pendidikan keagamaan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
membentuk kesadaran, cara pandang, dan cara bersikap terhadap realitas (hal. 96).
Enang
Hidayat melalui buku ini ingin mengubah image PAI yang terkesan masih sangat memprihatinkan baik dari segi konsep pendidikan yang disalahartikan, orientasi, kurikulum yang terbatas pada
aspek normatif dan kurang menyentuh realitas, materi dan muatan yang belum
jelas, metodologi yang parsial, dan dosen yang kurang mampu menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam upaya
pembentukan karakter peserta didik.
Ikhtiar penulis mencoba melakukan integrasi
nilai-nilai aqidah, syariah, dan akhlak ke dalam proses pembelajaran PAI secara
gamblang disertai dalil dan contoh konkret yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan model pembahasan semacam ini, setiap pembaca dapat dengan
mudah memahami dan mewujudkannya.
Paradigma yang
mendasari penulisan buku ini adalah paradigma yang melihat agama sebagai sesuatu yang dinamis dan
hidup dalam setiap aspek kehidupan. Agama bukanlah sekedar seperangkat aturan
normatif untuk memenuhi kebutuhan spritualitas manusia, melainkan
sebagai pandangan hidup yang akan membentuk cara pandang terhadap realitas kehidupan.
Sajian buku
ini dapat dijadikan sebagai kawan dialog bagi mahasiswa, dosen dan pihak lain yang peduli terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan agama, terutama dalam proses pembelajaran PAI. Semua pembahasannya mengindikasikan
universalitas ajaran Islam dengan seperangkat nilai-nilai demi mengkreasikan
masyarakat yang berkeadaban.
* Tulisan ini dimuat di harian Malang Post, Minggu 24 Februari 2019.